surat al munafiqun latin

Tulisanatau Teks Latin Surat Al Munafiqun. Surat yang ke-63 di dalam Al Qur'an dan terdiri dari 11 ayat. Baca juga surat Al Munafiqun teks Arab, terjemah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Al Munafiqun - المنافقون 1. idzaa jaa-aka almunaafiquuna qaaluu nasyhadu innaka larasuulu allaahi waallaahu ya'lamu innaka larasuuluhu waallaahu yasyhadu inna almunaafiqiina lakaadzibuuna 2 sawāun 'alaihim astagfarta lahum am lam tastagfir lahum, lay yagfirallāhu lahum, innallāha lā yahdil-qaumal-fāsiqīn. Sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) mohonkan ampunan untuk mereka atau tidak engkau mohonkan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang Iżājā'akal-munāfiqūna qālū nasyhadu innaka larasūlullāh (i), wallāhu ya'lamu innaka larasūluh (ū), wallāhu yasyhadu innal-munāfiqīna lakāżibūn (a). Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Nabi Muhammad), mereka berkata, "Kami bersaksi bahwa engkau adalah benar-benar utusan Allah.". Allah mengetahui bahwa engkau SuratAl Munafiqun sendiri terdiri dari 11 ayat dan 2 ruku', sehingga surat ini mudah sekali untuk kita hafalkan. Dan dalam pengelompokana surat berdasarkan Juz Al Quran, maka surat ini masuk kedalam jajaran surat yang ada di Juz ke-28. Disini selain bacaan surat al munafiqun arab latin dan arti terjemah, sobat bisa download mp3 surat ini. SurahAl-Munafiqun memiliki arti Orang-orang Yang Munafik. Surah Al-Munafiqun diturunkan di Madinah. Ayat surah ini berjumlah 11 Ayat. Latin dan Terjemahan Indonesia Website Alquran Indonesia Online Cepat dan bisa Offline Site De Rencontre 100 Gratuit Picardie. إِذَا جَآءَكَ ٱلْمُنَٰفِقُونَ قَالُوا۟ نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُۥ وَٱللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَكَٰذِبُونَArab-Latin iżā jā`akal munāfiqụna qālụ nasy-hadu innaka larasụlullāh, wallāhu ya’lamu innaka larasụluh, wallāhu yasy-hadu innal-munāfiqīna lakāżibụnArtinya 1. Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang أَيْمَٰنَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا۟ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّهُمْ سَآءَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَittakhażū aimānahum junnatan fa ṣaddụ an sabīlillāh, innahum sā`a mā kānụ ya’malụn2. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi manusia dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka بِأَنَّهُمْ ءَامَنُوا۟ ثُمَّ كَفَرُوا۟ فَطُبِعَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَżālika bi`annahum āmanụ ṡumma kafarụ fa ṭubi’a alā qulụbihim fa hum lā yafqahụn3. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir lagi lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ ۖ وَإِن يَقُولُوا۟ تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۖ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ ۖ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ ۚ هُمُ ٱلْعَدُوُّ فَٱحْذَرْهُمْ ۚ قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُ ۖ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَwa iżā ra`aitahum tu’jibuka ajsāmuhum, wa iy yaqụlụ tasma’ liqaulihim, ka`annahum khusyubum musannadah, yaḥsabụna kulla ṣaiḥatin alaihim, humul-aduwwu faḥżar-hum, qātalahumullāhu annā yu`fakụn4. Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh yang sebenarnya maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan dari kebenaran?وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا۟ يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ ٱللَّهِ لَوَّوْا۟ رُءُوسَهُمْ وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُم مُّسْتَكْبِرُونَwa iżā qīla lahum ta’ālau yastagfir lakum rasụlullāhi lawwau ru`ụsahum wa ra`aitahum yaṣuddụna wa hum mustakbirụn5. Dan apabila dikatakan kepada mereka Marilah beriman, agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan عَلَيْهِمْ أَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَهُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَsawā`un alaihim astagfarta lahum am lam tastagfir lahum, lay yagfirallāhu lahum, innallāha lā yahdil-qaumal-fāsiqīn6. Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang ٱلَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنفِقُوا۟ عَلَىٰ مَنْ عِندَ رَسُولِ ٱللَّهِ حَتَّىٰ يَنفَضُّوا۟ ۗ وَلِلَّهِ خَزَآئِنُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَا يَفْقَهُونَhumullażīna yaqụlụna lā tunfiqụ alā man inda rasụlillāhi ḥattā yanfaḍḍụ, wa lillāhi khazā`inus-samāwāti wal-arḍi wa lākinnal-munāfiqīna lā yafqahụn7. Mereka orang-orang yang mengatakan kepada orang-orang Anshar “Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang Muhajirin yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar meninggalkan Rasulullah”. Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak لَئِن رَّجَعْنَآ إِلَى ٱلْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ ٱلْأَعَزُّ مِنْهَا ٱلْأَذَلَّ ۚ وَلِلَّهِ ٱلْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَا يَعْلَمُونَyaqụlụna la`ir raja’nā ilal-madīnati layukhrijannal-a’azzu min-hal-ażall, wa lillāhil-izzatu wa lirasụlihī wa lil-mu`minīna wa lākinnal-munāfiqīna lā ya’lamụn8. Mereka berkata “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلَٰدُكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَyā ayyuhallażīna āmanụ lā tul-hikum amwālukum wa lā aulādukum an żikrillāh, wa may yaf’al żālika fa ulā`ika humul-khāsirụn9. Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang مِن مَّا رَزَقْنَٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَwa anfiqụ mimmā razaqnākum ming qabli ay ya`tiya aḥadakumul-mautu fa yaqụla rabbi lau lā akhkhartanī ilā ajaling qarībin fa aṣṣaddaqa wa akum minaṣ-ṣāliḥīn10. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”وَلَن يُؤَخِّرَ ٱللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا ۚ وَٱللَّهُ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَArab-Latin wa lay yu`akhkhirallāhu nafsan iżā jā`a ajaluhā, wallāhu khabīrum bimā ta’malụnArtinya 11. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu ke-63 al-Munafiqun, artinya Orang-orang yang munafik, lengkap ayat 1-11. Kandungan surat ini membuka kedok orang-orang munafik dan sifat-sifat mereka, serta keterangan tentang sikap mereka terhadap Islam dan para pemeluknya, sebagai bentuk peringatan dari kejahatan mereka dan agar tidak menyerupai mereka. بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اِذَا جَاۤءَكَ الْمُنٰفِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللّٰهِ ۘوَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُهٗ ۗوَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَكٰذِبُوْنَۚ Iżā jā’akal-munāfiqūna qālū nasyhadu innaka larasūlullāhi, wallāhu yalamu innaka larasūluhū, wallāhu yasyhadu innal-munāfiqīna lakāżibūna. Apabila orang-orang munafik datang kepadamu Nabi Muhammad, mereka berkata, “Kami bersaksi bahwa engkau adalah benar-benar utusan Allah.” Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar utusan-Nya. Allah pun bersaksi bahwa orang-orang munafik itu benar-benar para pendusta. اِتَّخَذُوْٓا اَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّهُمْ سَاۤءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ Ittakhażū aimānahum junnatan faṣaddū an sabīlillāhi, innahum sā’a mā kānū yamalūna. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai lalu mereka menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah. Sesungguhnya apa yang selalu mereka kerjakan itu sangatlah buruk. ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ اٰمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا فَطُبِعَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُوْنَ Żālika bi’annahum āmanū ṡumma kafarū faṭubia alā qulūbihim fahum lā yafqahūna. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian kufur. Maka, hati mereka dikunci sehingga tidak dapat mengerti. ۞ وَاِذَا رَاَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ اَجْسَامُهُمْۗ وَاِنْ يَّقُوْلُوْا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْۗ كَاَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ ۗيَحْسَبُوْنَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْۗ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْۗ قَاتَلَهُمُ اللّٰهُ ۖاَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ Wa iżā ra’aitahum tujibuka ajsāmuhum, wa iy yaqūlū tasma liqaulihim, ka’annahum khusyubum musannadahtun, yaḥsabūna kulla ṣaiḥatin alaihim, humul-aduwwu faḥżarhum, qātalahumullāhu, annā yu’fakūna. Apabila engkau melihat mereka, tubuhnya mengagumkanmu. Jika mereka bertutur kata, engkau mendengarkan tutur katanya dengan saksama karena kefasihannya. Mereka bagaikan seonggok kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan kutukan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh yang sebenarnya. Maka, waspadalah terhadap mereka. Semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan dari kebenaran? وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُوْلُ اللّٰهِ لَوَّوْا رُءُوْسَهُمْ وَرَاَيْتَهُمْ يَصُدُّوْنَ وَهُمْ مُّسْتَكْبِرُوْنَ Wa iżā qīla lahum taālau yastagfir lakum rasūlullāhi lawwau ru’ūsahum wa ra’aitahum yaṣuddūna wa hum mustakbirūna. Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah beriman agar Rasulullah memohonkan ampunan bagimu,” mereka membuang muka dan engkau melihat mereka menolak ajakan itu sambil menyombongkan diri. سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ اَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ اَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْۗ لَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ Sawā’un alaihim astagfarta lahum am lam tastagfir lahum, lay yagfirallāhu lahum, innallāha lā yahdil-qaumal-fāsiqīna. Sama saja bagi mereka apakah engkau Nabi Muhammad memohonkan ampunan untuk mereka atau tidak, Allah tidak akan mengampuni mereka. Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum fasik. هُمُ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ لَا تُنْفِقُوْا عَلٰى مَنْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللّٰهِ حَتّٰى يَنْفَضُّوْاۗ وَلِلّٰهِ خَزَاۤىِٕنُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۙ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَفْقَهُوْنَ Humul-lażīna yaqūlūna lā tunfiqū alā man inda rasūlillāhi ḥattā yanfaḍḍū, wa lillāhi khazā’inus-samāwāti wal-arḍi, wa lākinnal-munāfiqīna lā yafqahūna. Merekalah orang-orang yang berkata kepada kaum Ansar, “Janganlah bersedekah kepada orang-orang Muhajirin yang ada di sisi Rasulullah sampai mereka bubar meninggalkan Rasulullah,” padahal milik Allahlah perbendaharaan langit dan bumi. Akan tetapi, orang-orang munafik itu tidak mengerti. يَقُوْلُوْنَ لَىِٕنْ رَّجَعْنَآ اِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْاَعَزُّ مِنْهَا الْاَذَلَّ ۗوَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ࣖ Yaqūlūna la’ir rajanā ilal-madīnati layukhrijannal-aazzu minhal-ażalla, wa lillāhil-izzatu wa lirasūlihī wa lil-mu’minīna wa lākinnal-munāfiqīna lā yalamūna. Mereka berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah dari perang Bani Mustaliq, pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana,” padahal kekuatan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Akan tetapi, orang-orang munafik itu tidak mengetahui. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā tulhikum amwālukum wa lā aulādukum an żikrillāhi, wa may yafal żālika fa ulā’ika humul-khāsirūna. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu membuatmu lalai dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi. وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ Wa anfiqū mimmā razaqnākum min qabli ay ya’tiya aḥadakumul-mautu fa yaqūla rabbi lau lā akhkhartanī ilā ajalin qarībin, fa aṣṣaddaqa wa akum minaṣ-ṣāliḥīna. Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata sambil menyesal, “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda kematian-ku sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang saleh.” وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَاۤءَ اَجَلُهَاۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ࣖ Wa lay yu’akhkhirallāhu nafsan iżā jā’a ajaluhā, wallāhu khabīrum bimā tamalūna. Allah tidak akan menunda kematian seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. Quick Links Yasin Al Waqiah Al Kahfi Al Mulk Ar Rahman An Nasr Al Baqarah At Tin Al Fatihah An Nas An Naba Al Qariah اِذَا جَاۤءَكَ الْمُنٰفِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللّٰهِ ۘوَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُهٗ ۗوَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَكٰذِبُوْنَۚ Iżā jā’akal-munāfiqūna qālū nasyhadu innaka larasūlullāhi, wallāhu yalamu innaka larasūluhū, wallāhu yasyhadu innal-munāfiqīna lakāżibūna. Apabila orang-orang munafik datang kepadamu Nabi Muhammad, mereka berkata, “Kami bersaksi bahwa engkau adalah benar-benar utusan Allah.” Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar utusan-Nya. Allah pun bersaksi bahwa orang-orang munafik itu benar-benar para pendusta. اِتَّخَذُوْٓا اَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّهُمْ سَاۤءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ Ittakhażū aimānahum junnatan faṣaddū an sabīlillāhi, innahum sā’a mā kānū yamalūna. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai lalu mereka menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah. Sesungguhnya apa yang selalu mereka kerjakan itu sangatlah buruk. ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ اٰمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا فَطُبِعَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُوْنَ Żālika bi’annahum āmanū ṡumma kafarū faṭubia alā qulūbihim fahum lā yafqahūna. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian kufur. Maka, hati mereka dikunci sehingga tidak dapat mengerti. ۞ وَاِذَا رَاَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ اَجْسَامُهُمْۗ وَاِنْ يَّقُوْلُوْا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْۗ كَاَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ ۗيَحْسَبُوْنَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْۗ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْۗ قَاتَلَهُمُ اللّٰهُ ۖاَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ Wa iżā ra’aitahum tujibuka ajsāmuhum, wa iy yaqūlū tasma liqaulihim, ka’annahum khusyubum musannadahtun, yaḥsabūna kulla ṣaiḥatin alaihim, humul-aduwwu faḥżarhum, qātalahumullāhu, annā yu’fakūna. Apabila engkau melihat mereka, tubuhnya mengagumkanmu. Jika mereka bertutur kata, engkau mendengarkan tutur katanya dengan saksama karena kefasihannya. Mereka bagaikan seonggok kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan kutukan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh yang sebenarnya. Maka, waspadalah terhadap mereka. Semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan dari kebenaran? وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُوْلُ اللّٰهِ لَوَّوْا رُءُوْسَهُمْ وَرَاَيْتَهُمْ يَصُدُّوْنَ وَهُمْ مُّسْتَكْبِرُوْنَ Wa iżā qīla lahum taālau yastagfir lakum rasūlullāhi lawwau ru’ūsahum wa ra’aitahum yaṣuddūna wa hum mustakbirūna. Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah beriman agar Rasulullah memohonkan ampunan bagimu,” mereka membuang muka dan engkau melihat mereka menolak ajakan itu sambil menyombongkan diri. سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ اَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ اَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْۗ لَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ Sawā’un alaihim astagfarta lahum am lam tastagfir lahum, lay yagfirallāhu lahum, innallāha lā yahdil-qaumal-fāsiqīna. Sama saja bagi mereka apakah engkau Nabi Muhammad memohonkan ampunan untuk mereka atau tidak, Allah tidak akan mengampuni mereka. Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum fasik. هُمُ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ لَا تُنْفِقُوْا عَلٰى مَنْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللّٰهِ حَتّٰى يَنْفَضُّوْاۗ وَلِلّٰهِ خَزَاۤىِٕنُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۙ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَفْقَهُوْنَ Humul-lażīna yaqūlūna lā tunfiqū alā man inda rasūlillāhi ḥattā yanfaḍḍū, wa lillāhi khazā’inus-samāwāti wal-arḍi, wa lākinnal-munāfiqīna lā yafqahūna. Merekalah orang-orang yang berkata kepada kaum Ansar, “Janganlah bersedekah kepada orang-orang Muhajirin yang ada di sisi Rasulullah sampai mereka bubar meninggalkan Rasulullah,” padahal milik Allahlah perbendaharaan langit dan bumi. Akan tetapi, orang-orang munafik itu tidak mengerti. يَقُوْلُوْنَ لَىِٕنْ رَّجَعْنَآ اِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْاَعَزُّ مِنْهَا الْاَذَلَّ ۗوَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ࣖ Yaqūlūna la’ir rajanā ilal-madīnati layukhrijannal-aazzu minhal-ażalla, wa lillāhil-izzatu wa lirasūlihī wa lil-mu’minīna wa lākinnal-munāfiqīna lā yalamūna. Mereka berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah dari perang Bani Mustaliq, pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana,” padahal kekuatan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Akan tetapi, orang-orang munafik itu tidak mengetahui. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā tulhikum amwālukum wa lā aulādukum an żikrillāhi, wa may yafal żālika fa ulā’ika humul-khāsirūna. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu membuatmu lalai dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi. وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ Wa anfiqū mimmā razaqnākum min qabli ay ya’tiya aḥadakumul-mautu fa yaqūla rabbi lau lā akhkhartanī ilā ajalin qarībin, fa aṣṣaddaqa wa akum minaṣ-ṣāliḥīna. Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata sambil menyesal, “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda kematian-ku sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang saleh.” وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَاۤءَ اَجَلُهَاۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ࣖ Wa lay yu’akhkhirallāhu nafsan iżā jā’a ajaluhā, wallāhu khabīrum bimā tamalūna. Allah tidak akan menunda kematian seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

surat al munafiqun latin